Betapa sulitnya manusia bersyukur atas nafas yang masih berhembus di badan. Namun betapa mudahnya manusia mengeluh hanya karena kakinya menginjak kotoran
Senin, 24 Januari 2011
Kamis, 13 Januari 2011
Rabu, 05 Januari 2011
FRAKTUR dan DISLOKASI
Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.
Bagaimana patah tulang itu terjadi ?
a. Trauma (benturan)
Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
- Benturan langsung
- Benturan tidak langsung
b. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada olahragawan, militer maupun penari.
Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi patah tulang di daerah tertentu.
c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia
Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.
Bagaimana Mengetahui Adanya Patah Tulang
1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma yang diikuti pengurangan kemampuan anggota gerak yang terkena. Ingat bahwa fraktur tidak selalu terjadi pada daerah yang mengalami trauma (tekanan).
2. Pemeriksaan:
Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan hal-hal dibawah ini:
Adanya perubahan asimetris kanan-kiri
Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan Pemendekan
Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma);
Pembengkakan
Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak;
Adanya perubahan asimetris kanan-kiri
Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan Pemendekan
Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma);
Pembengkakan
Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak;
Palpasi (Meraba dan merasakan)
Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah dengan hati-hati !
a. Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness);
b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat;
c. Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat.
Perhatian:
Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan abnormal, misal meraba dengan kuat sekali.
3. Gerakan
Terdapat dua gerakan yaitu :
Aktif: Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban menggerakkan bagian yang cedera.
Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
§ Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera
§ Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal ini, maka dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf tersebut).
§ Pemeriksaan Komplikasi
Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan:
1. kulit berwarna kebiruan dan pucat;
2. denyut nadi tak teraba.
3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme
DISLOKASI
Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
PEMBIDAIAN
Pertolongan Pertama pada Patah Tulang
Prinsip Pertolongan
mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.
mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.
Penanganan Secara Umum
DRABC
Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur
Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai
Tangani dengan hati-hati
Observasi dan atasi syok bila perlu
Segera cari pertolongan medis
DRABC
Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur
Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai
Tangani dengan hati-hati
Observasi dan atasi syok bila perlu
Segera cari pertolongan medis
Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Tetapi situasi yang memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani terlebih dahulu.
Prioritas dalam menangani fraktur:
fraktur spinal;
fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;
fraktur extremitas
fraktur spinal;
fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;
fraktur extremitas
Perhatian:
Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu mulai dengan DRABCH dan lakukan monitoring secara periodik.
Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan reposisi baik pada fraktur mapun pada dislokasi.
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya.
Tipe-tipe bidai:
Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang keras.
Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak lainnya.
Bidai Traksi
Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang keras.
Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak lainnya.
Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Prinsip Pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
Syarat Pembidaian
Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang tidak sakit;
Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;
Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;
Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah;
Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;
Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.
Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang tidak sakit;
Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;
Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;
Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah;
Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;
Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.
Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:
Jika ragu-ragu fraktur atau tidak ‘ Bidai
Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;
Ikatlah bidai dari distal ke proximal
Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya;
Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
Jika ragu-ragu fraktur atau tidak ‘ Bidai
Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;
Ikatlah bidai dari distal ke proximal
Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya;
Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
PEMBALUTAN
Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum melakukan balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera, kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera.
Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan.
Cara Imobilisasi Fraktur
Dengan Pembalut
Gunakan pembalut lebar bila ada;
Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;
Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasi
Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat
Periksa pembalut supaya tidak longgar
Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;
Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasi
Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat
Periksa pembalut supaya tidak longgar
Dengan Bidai
Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung tulang yang patah;
Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;
Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus cukup kuat pada daerah yang sehat.
(sumber:http://kegawatdaruratan.blogspot.com/)
Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung tulang yang patah;
Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;
Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus cukup kuat pada daerah yang sehat.
(sumber:http://kegawatdaruratan.blogspot.com/)
Langganan:
Postingan (Atom)