Sabtu, 11 Juni 2011

Putra Mahkota yang lenyap



oh merah pupoek
putra mahkota yang malang
dalam kenakalan yang membentang
terpuruk dalam kebijaksanaan ayahanda
lenyap

oh merah pupoek
kau lenyap dengan hukuman itu
para mentri memohon ampun pada raja bijaksana
yang agung tanpa maaf
yang salah tetap salah

oh merah pupoek
tidakkah kau tau, ayahmu lebih memilih agamanya ketimbang putra yang satu ?
kehilanganmu hal yang bisa tapi tidak adat dan agama
kau terjebak dalam kiasan kesenanganmu
terbelenggu

oh merah pupoek
tidakkah kau mengenal ayahmu ?
berfikir sebelum bertindak
kau mainkan wanita orang
kau adalah putra mahkota
menyedihkan

oh merah pupoek
para manusia memohon ampun
para bundamu, rakyatmu
didepan mata manusia kau dibentangkan
dengan rajam cambukan hingga kau melayang

oh merah pupoek
anak yang malang lagi bangsawaan
terlena dengan kenikmatan
tangan bijaksana telah melumpuhkan anganmu
walau dia ayahmu

oh merah pupok
oh meurah pupoek
oh meurah pupoek

dia tak peduli
kau telah cemarkan agama dan menghacurkan hatinya
tiada daya datang darinya melainkan dari Tuhan
walau putri sebrang yang memohon

oh merah pupok
kau meninggalkan sejarah
tingginya hukum
agama lebih mahal dari darah
walau kau lahir dari hatinya
hukum tetap ada

oh merah pupoek
hatinya juga merintih
tapi agama menguatkan, adat mencerahkan
hingga kau teradili
demi hukum dan agama anakku, demi harga diri dan adat putraku
kau terhukum

oh merah pupoek
ayahmu tetap ayahmu
sultan yang agung
penguasa negri bawah angin


oleh Malisa Aini Alasa  pada 05 Juni 2011Bantoeh, 5 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar