LEUKOREA
DEFINISI
Cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.
Discharge yang berlebihan berupa mukus putih yang berasal dari vagina (excessive discharge of white mucus from the vagina).
Keputihan dalam bahasa medis dikenal sebagai leukorea, fluor albus. Leukorea adalah cairan yang keluar dari alat genital wanita yang tidak berupa darah melainkan berupa keputihan yang banyak dialami wanita usia produktif tapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada anak-anak dan usia tua.
Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.
Leukorea (Fluor albus, keputihan) adalah cairan yang keluar pervaginam secara berlebihan selain darah yang membasahi vestibulum dan vagina, dan memberikan keluhan subjektif pada penderita (Purnawan Junadi, 684).
Sinonim: Leukorea, leukorrhea, leucorrhea, leucorrhoea, whites, white discharge, fluor albus.
Untuk membedakan keputihan yang normal dengan yang tidak normal bisa dengan melihat bentuk fisik dan material dari cairan itu sendiri. Untuk keputihan yang normal, terdiri atas cairan berupa mukus yang mengandung selaput lendir vagina (epitel) tanpa atau hanya sedikit disetai sel darah putih (leukosit). Sedangkan bentuk fisiknya sendiri lebih cenderung berwarna agak jernih, bening, licin dan tidak berbau. Dari segi jumlahnya juga tidak terlalu banyak. Kalau warnanya ada yang agak menguning itu karena terkontaminasi udara yang kemudian mengering.
Sedangkan untuk keputihan yang tidak normal, materialnya kurang lebih hampir sama dengan yang normal namun lebih banyak mengandung sel darah putih. Jika dilihat dari bentuk fisik, cairannya lebih berupa getah yang berwana kuning pekat, kehijauan atau kecoklatan jumlahnya sangat banyak dan berbau, tidak jarang disertai rasa nyeri atau panas dan gatal pada vagina. Keluarnya cairan dikatakan normal jika terjadi sebelum haid, sesudah haid, pada pertengahan siklus atau pada saat ovulasi, serta saat mendapat rangsangan sex.
Hal ini normal terjadi pada semua wanita dimasa produksi. Cairan yang keluar dimasa-masa itu akan berupa cairan berbentuk jernih, agak kental, tidak berbau, tidak mengalir dan ph keasamannya antara 3,5 hingga 4,5. Cairan ini biasanya akan hilang dalam beberapa hari tanpa keluhan apapun.
KLASIFIKASI LEUKOREA
Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang.
Ciri-ciri leukorea fisiologis:
Berupa cairan, terkadang mukus.
Banyak epitel.
Jarang ditemukan leukosit.
Leukorea fisiologik ditemukan pada:
Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari;disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin;
Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea di sini hilang seniri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya;
Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina;
Waktu disekitar ovulasi; dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion persionis uteri.
Leukorea patologik
Ciri-ciri leukorea fisiologis:
Berupa cairan, terkadang mukus.
Banyak epitel.
Jarang ditemukan leukosit.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik adalah infeksi. Disini ditemukan:
Banyak leukosit
Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau, radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul.
Ciri-ciri leukorea patologis:
Banyak ditemukan leukosit.
Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau.
Lebih kental dan berbau.
Biasanya disebabkan karena infeksi.
Penyebab leukorea patologis:
Infeksi
Radang vulva
Radang vagina
Radang serviks
Radang kavum uteri
Leukorea patologis dapat timbul karena:
Radang yang disebabkan oleh: trikomoniasis, kandidiasis, gonore, vaginitis senilis, endoservitis akut atau kronis, vaginitis hemofilus vaginalis.
Iritasi benda asing yang dapat disebabkan oleh iritasi khemis/ iritasi vagina (vaginal jelly), adanya benda asing (tampon, pesarium atau IUD).
Tumor yang dapat berupa tumor jinak, seperti polip, mioma uteri, kista atau dapat berupa tumor ganas (kanker serviks).
EPIDEMIOLOGI
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.
ETIOLOGI
Leukorea fisiologis dapat terjadi karena kehamilan, premenstrual, pasca menstruasi, pasca partum, ovulasi dan pasca coitus. Sedangkan leukore patologis dapat disebabkan oleh radang, iritasi/ benda asing atau adanya proses keganasan.
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukorea disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh :
Infeksi :
Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus
Jamur : Candida albicans
Protozoa : Trichomonas vaginalis
Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus
Iritasi :
Sperma, pelicin, kondom
Sabun cuci dan pelembut pakaian
Deodorant dan sabun
Cairan antiseptic untuk mandi.
Pembersih vagina.
Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
Kertas tisu toilet yang berwarna.
Tumor atau jaringan abnormal lain
Fistula
Benda asing
Radiasi
Penyebab lain :
Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”
Ada empat hal yang menyebabkan timbulnya keputihan:
Kondisi Tubuh
Akibat penyakit kronis yang menahun yang dapat melemahkan daya tahan tubuh orang tersebut sehingga menyebabkan keluarnya cairan keputihan secara berlebihan dan juga bisa terjadi pada wanita yang senantiasa tegang atau stress.
Kelainan Endokrin Atau Hormone
Disini sebagai contoh pada saat hamil atau terjadi perubahan hormonal, terjadi suasana asam menjadi basa sehingga mengakibatkan banyak ibu hamil mendapat jamur. Apabila ini tidak segera diobati maka akan menyebabkan ketuban pecah dini.
Infeksi
Infeksi dapat berasal dari bermacam-macam organ reproduksi, misalkan infeksi vulva, vagina, mulut rahim, selaput lendir rahim dan saluran telur. Semua infeksi ini dapat memberikan gambaran berupa keputihan. Infeksi vulva umumnya disebabkan oleh kuman GO (gonorrhea (gonore)), chlamydia, dan herpes simplex. Infeksi lain disebabkan jamur candida (candidiasis), bakteri (vaginosis) dan parasit tricomonas vaginatis
Benda Asing
Benda asing ini bermacam-macam seperti kondom, benang IUD yang tertinggal didalam vagina, kelainan fistula akibat persalinan atau tindakan operasi, hubungan antara rektum dengan vagina atau antara kandung kencing dengan vagina, serta tissue pembasuh.
PATOGENESIS
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
GEJALA KLINIS
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:
Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
Sekret vagina yang bertambah banyak
Rasa panas saat kencing
Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius
Infeksi klamidia. Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
INSIDEN
Bakteri Vaginosis
40 - 50 % pada masa reproduksi 10 – 40 % sisanya 75 % dari wanita pernah mengalami kandidiasis paling tidak minimal satu kali. 24,6 % dari apusan vagina yang diambil secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukan adanya trikomonas vaginalis.
Symptom Vulvovaginitis
Bakterial Vaginosis
Sekitar 50 % dari wanita dengan bakterial vaginosis tidak memiliki gejala-gejala utama bakterial vaginosis :
Discharge ”Fishly Smelling”, yang lebih terasa setelah melakukan hubungan seksual dan menstruasi.
Discharge berwarna putih susu atau abu-abu, encer, timbul rasa gatal dan terbakar.
Candida Vulvovaginitis
Gejala :
Gatal
Rasa perih
Saat melakukan hubungan seksual terasa sakit
Discharge vagina kental, putih, berbutir-butir (”like cottage
cheese”).
Cyclic Vulvovaginitis
Kadang asimptomatis
Vaginal discharge sedikit
Nyeri setelah berhubungan seksual
Trikomonas
Seperti sexual transmitted disease lainya yang sering terjadi tanpa gejala, trikomonas juga sering tanpa gejala, tapi jika ada gejala biasanya akan muncul hari ke 4 – 20 setelah infeksi.
Gejala :
Disuria
Dispareunia
Discharge berwarna kuning kehijauan dan berbuih
Discharge khas berbau tidak sedap
Pada beberapa kasus ditemukan adanya pendarahan pada vagina
Atrofik Vaginitis
Gejala :
Dispareunia
Kering
Perih dan gatal
Flek
Jika terkena selaput lendir uretra menyebabkan disuria dan
hematuria.
Mukosa vagina pucat
Rugae vagina menghilang, kering dan saat pemeriksaan inspekulo
terasa perih.
Allergic Vaginitis / Irritan
Gejala :
Vulva pruritus
Erythema
Oedem
Pada umumnya symptom vulvovaginitis :
Fluor albus
Gatal
Iritasi
Bau busuk
Rasa tidak enak / nyaman di abdomen bawah
Disuria (jika mengenai endotel uretia)
Suprapubik tidak nyaman
DIAGNOSTIK
Diagnosis etiologik Leukorea harus berdasar pada:
Anamnesis: apakah keputihan yang terjadi itu terus menerus atau kadang-kadang, apakah ada hubungannya dengan fase-fase haid, bagaimana sifat Leukoreanya, apakah lendir, berwarna keputihan atau atau kekuningan. Bagaimana sekret vagina apakah banyak, sedikit. Apakah menimbulkan rasa gatal yang hebat. Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna Leukorea, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain
Pemeriksaan umum seperlunya (disesuaikan dengan keluhan dari penderita).
Pemeriksaan ginekologik.
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan ini harus dikerjakan secara sistematik, dilanjutkan dengan inspeksi vulva (apakah ada tanda bekas garukan, apakah vulva basah), palpasi kelenjar bartholini dan kelenjar skene, selanjutnya pemeriksaan yang menggunakan spekulum untuk melihat serviks, pemeriksaan ini sangat penting karena sebagian besar dai lekore berasal dari serviks. Pada akhirnya dilakukan pemeriksan bimanual untuk menetukan posisi dan besarnya uterus dan keadaan parametrium, malposisi dapat menyebabkan bendungan vena sehingga menyebabkan hipersekresi kelenjar endoserviks.
Pemeriksaan laboratorik
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive disbanding pemeriksaan mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
Adanya bau amis setelah penetesan koh 10% pada cairan vagina,
Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
Ph vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
Lakukan pemeriksaan sediaan basah untuk menentukan adanya Trichomoniasis Vaginalis dan Candida Albicans. Lakukan pulasan gram atau pap smear pulasan ini untuk menentukan gonoroe dan bakteri lain.
Leukorea Fisiologik
Sejumlah sekret mukoid dari kelenjar endoserviks selalu ada dalam vagina yang berfungsi dalam mempertahankan kelembaban vagina. Sekret ini tampak bening jika baru keluar dari serviks dan kemudian menjadi agak keruh karena mengandung sedikit lekosit dan flora vagina yang sebagian besar terdiri dari basil doderline. Asam laktat menyebabkan pH vagina rendah dan keasaman ini menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Proliferasi epitel, pH vagina dan sekresi kelnjar endoserviks vagina bergantung pada kadar estrogen dalam darah. Pada wanita yang baru lahir epitel vaginanya lebih tebal, pH rendah dan ada sekresi mukoid dari kelenjar endoserviks karena estrogen berasal dari ibu. Setelah bayi berumur 1 bulan dan selama masa kanak-kanak epitel vagina menjadi tipis. Menjelang menarche kadar estrogen mengalami peningkatan, sehingga epitel vagina menjadi tebal lagi, pH rendah dan vagina menjadi lebih basah. Selama masa reproduksi sekret vagina juga berubah-ubah menurut kadar estrogen dan progestron. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
Pada fase pasca menstruasi sedikit
Pada fase proliferatif, makin lama makin banyak
Pada fase ovulasi paling banyak
Pada fase pasca ovulasi, makin lama makin sedikit
Pada fase premenstruasi dapat bertambah banyak lagi
Pada fase menopause epitel vagina menjadi tipis, pH meningkat dan vagina menjadi lebih kering, terdapat variasi individual, yaitu ada yang mengeluarkan sekret lebih banyak atau sedikit.
Stimulasi seksual baik fisik maupun emosional dapat menyebabkan sekresi bertambah. Dalam kehamilan kadar hormon tinggi sehingga menyebabkan hipersekresi kelenjar endoserviks.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
Sitologi vagina
Kultur sekret vagina
Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
Ultrasonografi (USG) abdomen
Vaginoskopi
Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
Pemeriksaan PH vagina.
Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 %
Pulasan dengan pewarnaan gram .
Pap smear.
Biopsi.
Test biru metilen
PENATALAKSANAAN
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.(8)
Tujuan pengobatan
Menghilangkan gejala
Memberantas penyebabrnya
Mencegah terjadinya infeksi ulang
Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Leukorea Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.
Leukorea Patologi : Tergantung penyebabnya
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
Candida albicans
Topikal
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
Sistemik
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal.
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
Chlamidia trachomatis
Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
Gardnerella vaginalis
Metronidazole 2 x 500 mg
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
Neisseria gonorhoeae
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
Amoksisiklin 3 gr im
Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Kanamisin 2 gram im
Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
Seftriaxon 250 mg im atau
Spektinomisin 2 mg im atau
Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, dkk, editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2001
Wiknjosastro H, dkk. (ed.). Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 1999