Sabtu, 28 Januari 2012

Sepenggal Kisah Gelas Pecah


Minggu, 22 januari 2012
Malam itu mau ngeteh, pas mau nyuci gelas, gelasnya kesenggol tangan, trus gelasnya pecah. Ya udah,. akhirnya aku ganti dengan gelas yang baru.apa yang terjadi dibalik pecahnya gelas tadi, perasaan tidak enak selalu menyelimuti pikiranku. aku khawatir terjadi apa apa dengan ''sahabatku'' El-syifa Latania. kenapa aku katakan seperti itu, karena hanya Dia yang ada dalam pikiranku Ketika gelas itu pecah.
kmudian, aku coba sms dia tapi dia baik saja. trus pikirku Apa yang terjadi..?? dan trus coba hubungi Dia melalui Telpon tpi malah gx ada suara, katanya Hanphone nya sedang bermasalah dengan speaker. pikiranku terus tidak enak tapi ya udahlah pikirku, abaikan saja.malam harinya aku coba telpon dia lagi tpi usahaku masih saja gagal, dengan alasan hanphonenya blum bagus juga, ya udahlah, pikirku. tapi kalau sms an lancar, seperti gak ada masalah diantara kami berdua, dan pikiran ku mulai membaik sedikit,. keesokan harinya kami udh janjian mau telponan, y udah aku telpon lagilah, aku bilang kalau perasaanku tidak enak. dia bilang, '' Maaf Bang'' aku kemaren berbohong sama abang. Nah, pikiranku mulai galau, trus dia cerita sama aku, kalau dia kemarin diajak ketemuan sama temen laki-laki ku, yang sedang kuliah di jakarta juga, sebelumnya dia bilang belum pernah berbuat seperti itu, tapi dia juga masih menyimpan rasa penasaran sama laki2 itu yang baru saja dikenalnya, yaaach memang sih aku juga baru kenal sama dia dijakarta kemarin, ketika ada Penampilan kesenian Gayo "Saman Sara Ingi" di Taman Mini Indonesia Indah.
sejak saat itu sepertiinya aku memanng sudah menyimpan Rasa Padanya, Akhirnya Sejak itu sampai sekarang yang baru beberapa hari kami Terlihat Akrab, dan Aku langsung Bilang ke ORANG Tua ku, Bolehkan Aku Dekat dengan Dia, Tanpa banyak Basa basi Orang Tuaku pun Bilang Stuju, atas dasar apa aku juga tidak tau, sebab Dia "El-syifa Latania" nama Pena nya itu masih termasuk Saudara dari Ayah dan Ibuku. Aku juga Menyuruh dia untuk mengatakan Hal ini Kepada Ibu - Bapak nya, yang bisanya Aku memanggil Mereka " Makyu, dan Paman ", dan Mereka Juga Mengatakan hal yang sama seperti Ayah Ibu ku. Yaaach, tinggal nunggu keputusan dari El-syifa Latania dan aku lagi sekarang ‘’ Menunggu Waktuya ’’. Untuk Keputusannya belum bisa kita Simpulkan, Karena Kita Belum Mendapatkan Jawaban dari Sholad Istiqarah, karena pilihan yang paling tepat adalah ketika kita sholad Istiqarah dengan khusyuk. Ngomong ngomong tentang gelas pecah, beberapa bulan lalu, tutor management skill ku pernah bertutur tentang kisah gelas pecah.
Ceritanya begini.Sore itu Adi (sebut saja namanya begitu) sedang bermain di halaman rumahnya yang luas, ibunda tercinta memanggilnya untuk minum susu hangat. Adi berenti sejenak menghampiri ibunya dan minum susu yang sudah dibikin oleh ibunya itu. Karena belum habis dan ibunya sudah masuk kembali ke rumah, adi menyimpan gelas berisi susunya yang belum habis di depan pintu dan main lagi.Sejurus kemudian ayahnya Adi pun pulang dari kantor, capek, lelah, pusing membuatnya tak menyadari ada gelas susu-nya Adi di depan pintu dan “prak, gelasnya ketendang tak sengaja oleh kaki ayahnya, gelasnya pecah, susunya tumpah kemana mana. Dan ayahpun marah “siapa ini yang sembarangan naroh gelas susu di depan pintu ?”…adi takut dimarahin, untung Ibu cepat keluar menenangkan suasana.Hari minggu, ayah libur, pagi pagi baca Koran di teras rumah duduk santai di tangga depan pintu, sambil ngopi panas yang masih ngepul ngepul. Lagi enak ngopi telepon rumah berdering, ayah bangkit ngangkat telepon. Adi lari lari dari dalam rumah mau keluar untuk main bareng temannya. “prak” gelas kopi ayah tak sengaja ketendang kakinya adi, gelasnya pecah, kopinya tumpah…dan lagi lagi ayah marah,…..dan lagi lagi ibu cepat datang menghampiri dan membereskan suasana.
Pastinya adi bingung deh. Kemaren maren ayah nendang gelas susunya Adi yang ditaroh di depan pintu, ayah marah marah. Hari ini giliran Adi yang nendang gelas kopi Ayah yang juga di depan pintu, eeeeee Adi kena marah juga. Gimana sih ini ?Sadar atau tidak kadang kadang yang kita hadapi sehari hari jauh lebih parah dari yang menimpa Adi. Cerita kecil itu menggambarkan betapa rasa Adil itu pun kadang kadang tak kita temukan dari lingkungan terkecil sekalipun. Ketika pemegang kekuasaan dianggap atau mengganggap dirinya yang paling benar.Bagaimanapun sebagaimana pesannya khalifah Ali bin Abi Thalib, bahwa ;
“segenggam kekuasaan itu jauh lebih efektif dibandingkan dengan sekerangjang kekuasaan”.
Kekuasaan yang jatuh ditangan orang yang tidak mampu memegang amanah akan seperti pedang tajam yang dipegang oleh anak kecil belum cukup umur. Sangat membahayakan bagi diri-nya dan orang lain. Tindakannya hanya di dasarkan rasa suka dan tidak suka tanpa nalar bahkan tanpa menyadari betapa berbahayanya pedang tajam yang sedang dipegangnya.Ketika kita merasakan semakin meratanya ketidak adilan di negeri ini, jangan jangan dia yang menjadi “SANG AYAH” bagi negara ini bertingkah laku seperti Ayahnya-Adi ?.

Semiga dapat bermanfaat bagi saya sendiri, dan kepada pembaca blog saya ini.. ini murni ceman ceman, asli apa adanya..  hehe





Rabu, 25 Januari 2012

Definisi Cinta Dalam Al-Qur'an



Kata cinta dalam Al Qur’an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah), keduanya memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, menyayangi.

Sebagaimana dalam QS Ali Imron : 14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana.

Adapun Wudda dalam QS Maryam : 96 “ Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang ” jadi Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia. Dipertegas lagi dalam QS Ar Rum : 21 “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” Dalam ayat inipun Allah menggambarkan ‘cenderung dan tentram’ yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah (ja’ala) kasih sayang dan rahmat.

Dalam fil gharibil Qur’an dijelaskan bahwa hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak akan terraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta Nya kepada hamba yang dkehendakiNya. Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendakiNya. Oleh karena itu terraihnya cinta—wudda pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.

Cinta inilah yang tidak akan luntur sampai di hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta yang atas nama Allah, mencintai sesuatu atau seseorang demi dan untuk Allah swt..

khususan ; El-syifa. . . . . 

Sunah Rasulullah Dalam Makan



1. Membaca basmalah sebelum makan

Dari umur Ibn Salamah r.a., dia berkata: “Rasulullah saw. Bersabda kepada saya: “Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang terdekat denganmu.”
(H.R.Bukhari-Muslim)

Dari Aisyah r.a., dia berkata, “Rasulullah saw. Bersabda, Apabila salah seorang kamu makan, maka sebutlah nama Allah,jika ia lupa menyebut nama Allah di awal makannya maka hendaklah mengucapkan dengan menyebut nama Allah pada akhirnya.(H.R.abu Daud dan Tirmidzi)

2. Menggunakan tangan kanan saat makan
Dari Umur Ibn Salamah r.a., dia berkata, “Saya adalah anak kecil yang adalah dalam bimbingan (Asuhan) Rasulullah saw., tangan saya (kalau makan) menjelajah semua bagian nampan panjang maka Rasulullah saw. menegur saya, “Wahai anak kecil, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu. Maka demikianlah seterusnya makan saya setelah itu.” (H.R. Bukhari-Muslim)

Dari Jabir bin Aabdillah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan dengan tangan kiri.” (HR Muslim)

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya.” (HR Muslim)

3. Mengambil makanan dari yang paling dekat dari hadapan
Dari Ibn ‘Abbas r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Keberkahan itu turun di tangan-tangan makanan , maka makanlah dari pinggirnya dan janganlah makan dari tengahnya.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)

4. Tidak bersandar saat makan
Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat beliau, “Aku tidak makan dalam keadaan bersandar.” (HR Bukhari)

5. Makan secukupnya, tidak berlebih-lebihan
Dari Miqdam bin Ma’di Karib beliau menegaskan bahwasanya beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih berbahaya dibandingkan perutnya sendiri. Sebenarnya seorang manusia itu cukup dengan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Namun jika tidak ada pilihan lain, maka hendaknya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiga yang lain untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk nafas.” (HR. Ibnu Majah no. 3349 dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah no. 2720)

6. Tidak meniup makanan
Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian minum maka janganlah mengambil nafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Menjilati jari dan sisa makanan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah satu di antara kalian makan, maka janganlah dia bersihkan tangannya sehingga dia jilati atau dia minta orang lain untuk menjilatinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Ahmad dan Abu Dawud dinyatakan, “Maka janganlah dia bersihkan tangannya dengan sapu tangan sehingga dia jilati atau dia minta orang lain untuk menjilatinya.”
Alasan mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal di atas dijelaskan dalam hadits yang lain dari Jabir bin Abdillah, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menjilati jari dan piring yang digunakan untuk makan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di manakah letak berkah makanan tersebut.” Maksudnya, makanan yang kita nikmati itu mengandung berkah. Namun kita tidak mengetahui letak keberkahan tersebut. Apakah dalam makanan yang sudah kita santap, ataukah yang tersisa dan melekat di jari, ataukah yang tersisa di piring, ataukah berada dalam suapan yang jatuh ke lantai. Oleh karena itu hendaknya kita memperhatikan itu semua agar mendapatkan keberkahan.
Yah, mungkin itu dulu beberapa sunah dalam makan. Jika ada yang mau nambahin boleh..
Namun da satu hal yang terus menggelitik diri lola. Makan itu tidak boleh berlebihan dan itu benar. Kemudian gimana dengan mubazir saat makan? Bukankah kita sudah tau kalo kita sebaiknya jangan menyisakan makan di piring bahkan menjilati tangan kita saat makan, karena kita tak pernah tahu keberkahan makan itu ada di mana. Miris banget rasanya sering liat orang2 dengan mudahnya mubazir dalam makan. Contoh paling klasik di kampus adalah saat ada acara2 kemahasiswaan di kampus dan dapet makan siang, nasi bungkus gitu seringnya, n banyak yang tidak habis makanannya. Dan u know?? Itu seringkali terjadi..alasannya : makanannya banyak banget..nasi bungkus padang kan kadang2 emg banyak…Tapiii…Bukankah kita tau klo mubazir itu gak boleh?

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(Q.S Al Isra’ : 27)

Kita juga pasti tau klo mungkin akan tidak habis,,dan solusi pasti ada,,ya gak??Pernah coba tanya tentang hal itu ke orang lain, terus dibilang gini, bagusan mubazir atau menganiaya diri sendiri dengan memaksakan makan? Yah, gak da yang baguslah dua2nya. Masa’ dah berkali2 makan dalam hidup ini masih gak tau takaran makan kita sendiri? Kalo sekali dua kali mubazir it’s okay lah,tapi berkali2??Astaghfirullah…Setiap acara, berapa banyak nasi yang terbuang coba??Solusinya mudah kok,,klo emang kita ngerasa bakal gak habis ya bagi dua ja satu nasi,,simpen satu bungkus nasi lagi. Dan ini juga bisa mempererat ukhuwah kita. Tapi jangan dibuang..:( Sedih banget klo tiap acara atau bisa diliat juga pas bralek/kondangan,,berapa banyak nasi yang kebuang?? Padahal kita gak pernah tau betapa sulitnya proses jadi nasi tersebut, butuh waktu lamaaaa, plus kesejahteraan petani itu belum memadai,,lagipula banyak orang yang gak makan dan dengan mudahnya kita buang tu nasi…ASTAGHFIRULLAH..Moga kita terhindar dari nafsu yang dapat menjerumuskan kita ke langkah setan..
Note ini especially untuk diri saya sendiri..dan tuk temen2 pembaca, smga dapat bermanfaat dan dpt kita lakukan dalam kehidupan sehari,, 
 Salam Smangat.....   Sulaiman Gayo

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Minggu, 01 Januari 2012

Batu belah

Pada jaman dahulu di Tanah Kelahiran saya, tanah Gayo, Aceh – hiduplah sebuah keluarga petani yang sangat miskin. Ladang yang mereka punyai pun hanya sepetak kecil saja sehingga hasil ladang mereka tidak mampu untuk menyambung hidup selama semusim, sedangkan ternak mereka pun hanya dua ekor kambing yang kurus dan sakit-sakitan. Oleh karena itu, untuk menyambung hidup keluarganya, petani itu menjala ikan di sungai Krueng Peusangan atau memasang jerat burung di hutan. Apabila ada burung yang berhasil terjerat dalam perangkapnya, ia akan membawa burung itu untuk dijual ke kota.

Suatu ketika, terjadilah musim kemarau yang amat dahsyat. Sungai-sungai banyak yang menjadi kering, sedangkan tanam-tanaman meranggas gersang. Begitu pula tanaman yang ada di ladang petani itu. Akibatnya, ladang itu tidak memberikan hasil sedikit pun. Petani ini mempunyai dua orang anak. Yang sulung berumur delapan tahun bernama Sulung, sedangkan adiknya Bungsu baru berumur satu tahun. Ibu mereka kadang-kadang membantu mencari nafkah dengan membuat periuk dari tanah liat. Sebagai seorang anak, si Sulung ini bukan main nakalnya. Ia selalu merengek minta uang, padahal ia tahu orang tuanya tidak pernah mempunyai uang lebih. Apabila ia disuruh untuk menjaga adiknya, ia akan sibuk bermain sendiri tanpa peduli apa yang dikerjakan adiknya. Akibatnya, adiknya pernah nyaris tenggelam di sebuah sungai.

Pada suatu hari, si Sulung diminta ayahnya untuk pergi mengembalakan kambing ke padang rumput. Agar kambing itu makan banyak dan terlihat gemuk sehingga orang mau membelinya agak mahal. Besok, ayahnya akan menjualnya ke pasar karena mereka sudah tidak memiliki uang. Akan tetapi, Sulung malas menggembalakan kambingnya ke padang rumput yang jauh letaknya.
“Untuk apa aku pergi jauh-jauh, lebih baik disini saja sehingga aku bisa tidur di bawah pohon ini,” kata si Sulung. Ia lalu tidur di bawah pohon. Ketika si Sulung bangun, hari telah menjelang sore. Tetapi kambing yang digembalakannya sudah tidak ada. Saat ayahnya menanyakan kambing itu kepadanya, dia mendustai ayahnya. Dia berkata bahwa kambing itu hanyut di sungai. Petani itu memarahi si Sulung dan bersedih, bagaimana dia membeli beras besok. Akhirnya, petani itu memutuskan untuk berangkat ke hutan menengok perangkap.

Di dalam hutan, bukan main senangnya petani itu karena melihat seekor anak babi hutan terjerat dalam jebakannya.
“Untung ada anak babi hutan ini. Kalau aku jual bias untuk membeli beras dan bisa untuk makan selama sepekan,” ujar petani itu dengan gembira sambl melepas jerat yang mengikat kaki anak babi hutan itu. Anak babi itu menjerit-jerit, namun petani itu segera mendekapnya untuk dibawa pulang. Tiba-tiba, semak belukar di depan petani itu terkuak. Dua bayangan hitam muncul menyerbu petani itu dengan langkah berat dan dengusan penuh kemarahan. Belum sempat berbuat sesuatu, petani itu telah terkapar di tanah dengan tubuh penuh luka. Ternyata kedua induk babi itu amat marah karena anak mereka ditangkap. Petani itu berusaha bangkit sambil mencabut parangnya. Ia berusaha melawan induk babi yang sedang murka itu.

Namun, sungguh malang petani itu. Ketika ia mengayunkan parangnya ke tubuh babi hutan itu, parangnya yang telah aus itu patah menjadi dua. Babi hutan yang terluka itu semakin marah. Petani itu lari tunggang langgang dikejar babi hutan. Ketika ia meloncati sebuah sungai kecil, ia terpeleset dan jatuh sehingga kepalanya terantuk batu. Tewaslah petani itu tanpa diketahui anak istrinya. Sementara itu – di rumah isri petani itu sedang memarahi si Sulung dengan hati yang sedih karena si Sulung telah membuang segenggam beras terakhir yang mereka punyai ke dalam sumur. Ia tidak pernah membayangkan bahwa anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan sepuluh hari dan dirawat dengan penuh cinta kasih itu, kini menjadi anak yang nakal dan selalu membuat susah orang tua.

Karena segenggam beras yang mereka miliki telah dibuang si Sulung ke dalam sumur maka istri petani itu berniat menjual periuk tanah liatnya ke pasar. “Sulung, pergilah ke belakang dan ambillah periuk tanah liat yang sudah ibu keringkan itu. Ibu akan menjualnya ke pasar. Jagalah adikmu karena ayahmu belum pulang,” ucapnya. Akan tetapi, bukan main nakalnya si Sulung ini. Dia bukannya menuruti perintahnya ibunya malah ia menggerutu.
“Buat apa aku mengambil periuk itu. Kalau ibu pergi, aku harus menjaga si Bungsu dan aku tidak dapat pergi bermain. Lebih baik aku pecahkan saja periuk ini,” kata si Sulung. Lalu, dibantingnya kedua periuk tanah liat yang menjadi harapan terakhir ibunya untuk membeli beras. Kedua periuk itu pun hancur berantakan di tanah.

Bukan main terkejut dan kecewanya ibu si Sulung ketika mendengar suara periuk dibanting.
“Aduuuuuh…..Sulung! Tidak tahukah kamu bahwa kita semua butuh makan. Mengapa periuk itu kamu pecahkan juga, padahal periuk itu adalah harta kita yang tersisa,” ujar ibu si Sulung dengan mata penuh air mata. Namun si Sulung benar-benar tidak tahu diri, ia tidak mau makan pisang. Ia ingin makan nasi dengan lauk gulai ikan. Sunguh sedih ibu si Sulung mendengar permintaan anaknya itu.
“Pokoknya aku tidak mau makan pisang! Aku bukan bayi lagi, mengapa harus makan pisang,” teriak si Sulung marah sambil membanting piringnya ke tanah.

Ketika si Sulung sedang marah, datang seorang tetangga mereka yang mengabarkan bahwa mereka menemukan ayah si Sulung yang tewas di tepi sungai. Alangkah sedih dan berdukanya ibu si Sulung mendengar kabar buruk itu. Dipeluknya si Sulung sambil menangis, lalu berkata “Aduh, Sulung, ayahmu telah tewas. Entah bagaimana nasib kita nanti,” ratap ibu si Sulung. Tetapi si Sulung tidak tampak sedih sedikit pun mendengar berita itu. Bagi si Sulung, ia merasa tidak ada lagi yang memerintahkannya untuk melakukan hal-hal yang tidak disenanginya.
“Sulung, ibu merasa tidak sanggup lagi hidup di dunia ini. Hati ibu sedih sekali apabila memikirkan kamu. Asuhlah adikmu dengan baik. Ibu akan menuju ke Batu Belah. Ibu akan menyusul ayahmu,” ucap ibu si Sulung. Ibu si Sulung lalu menuju ke sebuah batu besar yang menonjol, yang disebut orang Batu Belah. Sesampainya di sana, ibu si Sulung pun bernyanyi,
Batu belah batu bertangkup.
Hatiku alangkah merana.
Batu belah batu bertangkup.
Bawalah aku serta.

Sesaat kemudian, bertiuplah angin kencang dan batu besar itu pun terbelah. Setelah ibu si Sulung masuk ke dalamnya, batu besar itu merapat kembali. Melihat kejadian itu, timbul penyesalan di hati si Sulung. Ia menangis keras dan memanggil ibunya sampai berjanji tidak akan nakal lagi, namun penyesalan itu datangnya sudah terlambat. Ibunya telah menghilang ditelan Batu Belah.

KUMPULAN LAGU GAYO

Download Dengan Mediafire Lebih Mudah, 
Jemen Edan           
Bunge ku sayang                
Gere Terizinen             
Bunge rom Motek           
gere mukunah         
INE                                      
Jarak                                      
Owen                                
Rempate                            
Taring Janyi                            
UES                                  
Uwes                                  
Jingki Lane                             
Elet                                    
Engi                                  
Gere Setie                              
Atu Belah                            
Bayang ni Ulen                 
Beberu Gayo                         
Gayo Blang                         
Suret
Gere Mukunah                       
Ine ku                               
Jatuh Cinte
Jemen Edan                           
Manat                                   
KemaraKepies Gayo             
Lelibet                                
LingeLumut                          
Manuk                               
Cules
Mayak ku Ine                        
Mayang                                 
Melasku                             
Denem Gere Musampe           
Mongot Enti Mongot               
Mongot
Murip I Ranto          
Mumang                             
Nami Pemanis                        
Nasin ni Ine Ama               
Pecah ni Kuren                   
Engon DalilNebuk                   
Kuyu                                
Janyi-sakdiah
Kayu Rubu                         
Kuyu-sakdiah                         
MulawiTakingen                
Sakit ni Ate                            
Sara Taun Setengah
Sebuku     
Beye Deret - swirni            
TajukTaring ni Ine                        
Ume Tuah                            
Wen                                   


DOWNLOAD DENGAN 4SHARED
bungeku_sayang
bungeku_sayang_2
gere_terizinen
bunge_rom_motek
Geremukunah
JARAK
owen
Rempate
Takengon
tareng_janyi
UES
UWES
Abadi_Ayus-Engi
abadi_ayus-engi_2
abadi_ayus-jingki
abadi_ayus-kase
Abadi_ayus-Nasip_Ni Ama
abadi_ayus-oteh_roda 1
abadi_ayus-oteh_roda 2
abadi_ayus_-_jingki
abadi_ayus-elet
abadi_ayus-gere_setia
abadi_ayus-gere_setia
atu_belah
bayang_ni_ulen
beberu_gayo
Gayo_BLANG_3
Gayo-SURET
jemen_edan-baihakki
manat
Kemara
KEMARO
mila_-_denem_gere_musampe
mongot_enti_mongotar
MONGOT_ENTI_MONGOT
mongot
mumang_-_rafly
Murense
Murip_iranto
nami_pemanis
Nasib_ni_ine_ama
pagitne
pecah_ni_kuren
Pegasing_3
peluah
engon_dalil
jamur_rerubu
kuyu
gayo_nebuk
janyi
kayu_rubu
kuyu
manat
MULAWI
TAKINGEN
TAKINGEN_2
Sakitni_Ate
sara_tun_tengah
Sebuku
beye_deret
SWIR
tajuk
taring_niine
UME_TUAH-Sahla
Wen


Bagi Yang kesulitan dalam mendownload, Anda Bisa Mengunjungi Situs 4share Kami dibawah ini. Insyaallah membantu.
LINK 4SHARED LAGU GAYO <<< klik ajj
    

Kebiasaan Tahun baru


Ngak terasa, semarak perpindahan tahun sudah mulai terlihat di sana-sini. 

Beberapa teman-teman di kampus mulai menyusun rencana mau kemana menghabiskan malam pergantian tahun ini. 

Ada yang berniat jalan dengan pacarnya, ada yang bersama keluarga, bagi yang  indekos alias tidak tinggal bareng orang tua dan juga dengan kesadaran penuh memilih kelas sosial sebagai seorang jomblo alias tak punya gandengan atau punya gandengan tapi terpisahkan jarak terpaksa bikin acara bersama, yah itung-itung melestarikan tradisi leluhur untuk berkumpul2 bareng teman2, bareng teman senasib seperjuangan.


Kesibukan-kesibukan rutin ini gara-gara ulah leluhur yang saking gak ada kerjaan nya di dunia ini sempat-sempatnya menciptakan hitungan waktu. Mereka pecah satu tahun menjadi dua belas bulan, kemudian menjebak diri mereka sendiri di antara sekat-sekat kamar-kamar tahunan. Belum puas dengan sekatan waktu ini, mereka pun mulai menciptakan mitos-mitos akhir tahun, semua nya serentak mendadak jadi ahli hitungan dan kebijakan. Ia hitung berapa kali ketiban rezeki dalam dua belas bulan kemarin, berapa kali ditipu sama tukang ojeg, ketipu sama supir angkot atau kernet metro mini, bolos kuliah berapa kali, nipu ortu dengan mark up uang kos, di tolak gebetan, atau diterima gebetan, atau kalau yang punya tampang lumayan berapa kali nerima atau nolak cinta, dan itungan-itungan lainnya. Kedepannya pun akan sama, kita akan bersiap meninggalkan kamar tahun yang satu untuk pindah ke kamar tahun yang baru, perhitungan-perhitungan itu akan dijadikan sebgai pijakan baru dalam merajut harapan-harapan yang juga dalam kamar harapan, manusia modern menyebutnya dengan “resolusi”. Di kamar januari hingga desember, terlahir harapan-harapan akan jatuhnya mirakel-mirakel dari langit yang bisa menambal luka tahun lalu. Yang jomblo dapet pasangan (yang baru punya satu segera bertambah :)D), yang bingung mau nulis skripsi segera mendapatkan tema yang visible, yang nganggur segera dapet pekerjaan, yang malas kuliah jadi semakin rajin, yah inilah tahun baru, saat semua manusia meneruskan tradisi leluhurnya, menyekat diri dengan waktu ciptaan manusia itu sendiri.

Agak pindah ke lain hal tapi masih dalam satu tema, saya jadi ingat materi pengajian yang disampaikan oleh seorang ustadz berkenaan dengan tahun baru. Dengan menggebu-gebu ustadz itu bilang, “lihatlah masyarakat muslim saat ini, mereka ikut-ikut gaya orang kafir, mereka merayakan tahun baru masehi, padahal tahun baru ini adalah perayaan para penyembah matahari, islam punya tahun sendiri, yang berdasarkan bulan……” dulu saya percaya pada omongan guru agama ini, tapi sekarang sudah tidak lagi. Saya coba merenungi, mengapa ada manusia yang berpatokan pada bulan dan ada yang berpatokan pada matahari dalam menentukan tahun-tahun yang kelak akan menyusahkan anak turunan mereka? Jawabannya ternyata cukup sederhana, orang yang berpatokan pada perdagangan dan pelayaran, akan berpatokan pada bulan, karena bulan menentukan arah angin serta pasang surutnya air laut. Sedangkan manusia yang peradabannya disokong oleh pertanian dan ekspansi daratan, akan menggunakan matahari, karena peradaban mereka sangat bergantung dengan sang surya ini. Coba lihat, orang jawa kuno lebih menghargai matahari ketimbang bulan, mereka sebut matahari sebagi batara surya, mereka bertanam berdasarkan bulan-bulan surya yang dikenal denganpranata mangsa. Hal ini wajar mengingat orang jawa pra mataram kuno adalah bangsa yang bergantung pada pertanian, mereka mengisi hidup mereka dengan menanam kemudian menunggu memanem untuk kemudian menanam lagi, mereka tak sempat berlayar, hidup mereka tak sibuk, tak ada kerjaan, saking gak ada kerjaannya mereka sempat-sempatnya buat bangunan raksasa dari batu-batu yang tersusun (kelak jadi salah satu keajaiban dunia) bahkan mereka hampir berhasil membuat seribu bangunan batu (please, jangan anggap ini fakta sejarah).

Jadi kita bisa tahu kenapa islam yang turun di tanah arab sana menggunakan perhitungan bulan, orang arab kuno itu adalah bangsa pelaut dan pedagang, mereka sangat bergantung dengan bulan. Sehingga, Islam pun meminjam tradisi arab ini (atau arab yang memaksa meminjamkan nya???). Oleh sebab itu jangan terlalu lebay, jangan ghuluw menghukumi orang yang merayakan tahun baru sebagai peniru orang kafir dan dikenakan hadist, “man tasyabbaha bi qaumin fa huwa minhum”.

Mari kita memaafkan para leluhur yang telah menciptakan sekatan waktu yang menyusahkan ini, dan sekaligus meneruskan tradisi mereka meskipun kita tak punya landasan untuk mengatakan suatu hal sebagai tradisi. Tulisan ini pun bukan tulisan ilmiah, tulisan ini cuma sekedar refleksi dari diri saya sendiri atas fantasi-fantasi saya yang liar yang sering membayangkan fenomena kehidupan sebagai cerita pendek unsich. Mungkin ini sebagai akibat menjadi bagian dari proses kehidupan posmo, kehidupan yang mensyaratkan hadirnya glenyenganngeyel sing aneh-anehneka-neka waton sulaya,sebagai pembeda dari kehidupan modern yang kaku dan sama sekali tidak memanusiakan manusia....akhir kata, terimalah persekot dari saya…selamat tahun baru..
:)