Sabtu, 29 Oktober 2011

Haruskah Berhenti Makan Sebelum Kenyang

oleh Sulaiman Gayo pada 02 Juni 2010 jam 17:13


Pertanyaan:

Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya: Bagaimana keshahihan hadits berikut:

نَحْنُ قَوْمٌ لاَ نَأْكُلُ حَتَّى نَجُوْعَ وَإِذَا أَكَلْنَا لاَ نَشْبَعُ

“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.“

Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjawab:

Hadits ini memang diriwayatkan dari sebagian sahabat yang bertugas sebagai utusan, namun sanadnya dhaif. Diriwayatkan bahwa para sahabat tersebut berkata dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam:

نَحْنُ قَوْمٌ لاَ نَأْكُلُ حَتَّى نَجُوْعَ وَإِذَا أَكَلْنَا لاَ نَشْبَعُ

“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.“

Maksudnya yaitu bahwa kaum muslimin itu hemat dan sederhana.

Maknanya benar, namun sanadnya dhaif, silakan periksa di Zaadul Ma’ad dan Al Bidayah Wan Nihayah. Faidahnya, bahwa sebaiknya seseorang baru makan jika sudah lapar atau sudah membutuhkan. Dan ketika makan, tidak boleh berlebihan sampai kekenyangan. Adapun rasa kenyang yang tidak membahayakan, tidak mengapa. Karena orang-orang di masa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dan masa selain mereka pun pernah makan sampai kenyang. Namun mereka menghindari makan sampai terlalu kenyang.

Terkadang Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam mengajak para sahabat ke tempat sebuah jamuan makan. Kemudian beliau menjamu mereka dan meminta mereka makan. Kemudian mereka makan sampai kenyang. Setelah itu barulah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam makan beserta para sahabat yang belum makan.

Terdapat hadits, di masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, ketika sedang terjadi perang Khandaq, Jabir bin Abdillah Al Anshari mengundang Nabi shallallahu ’alaihi wasallam untuk memakan daging sembelihannya yang kecil ukurannya beserta sedikit gandum. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam mengambil sepotong roti dan daging, kemudian beliau memanggil sepuluh orang untuk masuk dan makan. Mereka pun makan hingga kenyang kemudian keluar. Lalu dipanggil kembali sepuluh orang yang lain, dan demikian seterusnya. Allah menambahkan berkah pada daging dan gandum tadi, sehingga bisa cukup untuk makan orang banyak, bahkan masih banyak tersisa, hingga dibagikan kepada para tetangga.

Dan suatu hari, Nabi shallallahu ’alaihi wasallam menyajikan susu pada Ahlus Shuffah (salah satunya Abu Hurairah, pent). Abu Hurairah berkata: “Aku minum sampai puas.” Kemudian Nabishallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Ayo minum lagi, Abu Hurairah.“ Maka aku minum. Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Ayo minum lagi.“ Maka aku minum lagi.

Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Ayo minum lagi.“ Maka aku minum lagi, lalu aku berkata “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak lagi aku dapati tempat untuk minuman dalam tubuhku”. Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wasallam mengambil susu yang tersisa dan meminumnya. Semua ini adalah dalil bolehnya makan sampai kenyang dan puas yang wajar, selama tidak membahayakan.

Sumber: http://www.ibnbaz.org.sa/mat/38

Kesimpulan:

Tidak mengapa makan sampai kenyang, asal tidak berlebihan dan membahayakan dirinya, berdasarkan pada beberapa kisah para sahabat yang disebutkan di atas. Adapun riwayat tentang berhenti makan sebelum kenyang statusnya lemah, jadi tidak bisa digunakan sebagai dasar hukum. Penilaian serupa juga disampaikan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Minhajul Muslim, "Saya tidak mengetahui siapa yang mengeluarkan riwayat tersebut, sepertinya itu hanya atsar dari sahabat ridwanullah 'anhum dan bukan hadits nabawi, Wallahu a'lam." (Minhajul Muslim, hal. 99)

(PurWD/voa-islam.com)
Share this post..
[Digg this!] [Add to del.icio.us!] [Stumble this!] [Share on Facebook!] [Send Email to Friend!] [Share on Facebook!]

Kirim Tulisan ini ke kawanmu

Email Kawan

Emailmu

Namamu

Pesan

relatednews

* KH. Sulaiman Zachawerus: Gerombolan Kristen Membuat Kisruh
* Sheikh Obeikan Rilis Fatwa 'Wanita Boleh Susui Lelaki Asing'
* Brunei Denda Dua Orang Karena Merokok di Tempat Umum
* Sepak Bola, Piala Dunia Dan Gerakan Dajjalisme
* Anjem Choudry Nyatakan Baroness Warsi Bukan Muslimah

latestnews

* Nasihat Ulama Tentang Kejahatan Zionis Israel di Palestina
* Mencaci Maki Syetan Ternyata Tidak Boleh
* Prinsip Islam (40) : Syariat Islam Relevan Sampai Akhir Zaman
* Doktor dari Al-Azhar: Pajak Hari Ini Bertentangan dengan Islam
* Prinsip Islam (39) : Murtad Membatalkan Iman
* Misteri Tembok Ya-juj dan Ma-juj
* Subhanallah ! Sepuluh Persen Mahasiswa di Universitas Belanda Muslimin
* Prinsip Islam (39) : Pelaku Dosa Besar Tidak Dikafirkan

News Index »
advertorialinfo advertorial >>

MA'HAD ALY DARUL WAHYAIN, PESANTREN KADER ULAMA MASA DEPAN

Keadaan muslimin dunia diberbagai jajaranya dewasa ini, telah menunjukkan sinyalemen jahiliah yang amat memprihatinkan. Hingga menuntut setiap personil umat untuk bergerak agresif ke arah yang telah ditempuh oleh para pendahulunya. dan hanya pada langkah tersebut mereka hari ini akan dapat mencapai kedudukan para pendahulu.


Imam Malik radhiyallahu anhu berkata: "Pembenah generasi pengikut dalam ummat ini, hanyalah apa yang telah membenahi generasi awalnya".

Maka, sudah selayaknya kita kembali menapak tilas para pendahulu islam yang telah membuktikan pada dunia akan kebenaran dan kebesaran islam. lalu merasa terpanggil dengan peringatan Alloh.swt. terhadap generasi awal sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang turun hanya empat tahun setelah mereka memeluk islam;

“Apakah belum tiba masanya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyu’ dan tunduk hatinya terhadap dzikir dan kebenaran(syari’ah) yang telah turun, hingga mereka tidak menyerupai ahli kitab sebelumnya yang lalai berkepanjangan lalu hati mereka mengeras, dan kebanyakan mereka telah fasiq”(Qs. Al-hadid 16).

Sikap tunduk dan menerima kebenaran syar’i adalah buah dari ilmu dan kesadaran. jika ilmu telah luntur dari dada umat, niscaya kejahilan akan menjilma sebagai pemandu. hingga umat ini akan menuai nasib gelap sebagaimana umat-umat terdahulu.

Maka dari itu, Ma’had ‘Aly Darul Wahyain yang merupakan salah satu program baru dari yayasan Al-Muslimun Magetan Jatim, berniat tampil dalam kancah pendidikan umat, untuk menyumbang solusi bagi problematikanya yang begitu dahsyat, dengan membimbing personel umat yang berbakat agar meniti jalan ilmu dan amal dengan metode mulazamah sesuai jejak para pendahulu, hingga lahir bagi umat islam para kader ulama yang robbany.

Semoga niat dan upaya ini disempurnakan dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar