Rabu, 15 Desember 2010

Xanthelasma

PENDAHULUAN

Lipoprotein merupakan partikel yang membawa lipid pada sirkulasi, termasuk kolesterol, trigliserida dan fosfolipid. Peningkatan level serum lipid disebut hiperlipidemia atau hiperlipoproteinemia. Beberapa kelainan dari metabolisme lipoprotein dapat mengakibatkan atherosklerosis, prekursor dari penyakit jantung koroner (PJK). Infiltrasi dan deposit lipoprotein pada jaringan, tidak terbatas pada pembuluh darah, lipoprotein dapat masuk ke kulit, jaringan subkutan dan tendon, akumulasi tersebut dapat mengakibatkan xanthomata. Kelainan dari metabolisme ipoprotein dpat mengakibatkan xanthomata yang berbeda, oleh karena itu pola dari xanthomata dapat memberi petunjuk mengenai tipe hiperlipoproteinemia yang terjadi.3
Xanthomata, yang dapat diakibatkan dari berbagai defek metabolik maupun fisiologi, mempunyai empat bentuk utama, yaitu tendinous, planar, tuberous, dan eruptive. Tendinous xanthomata nodul subkutan yang ditemukan pada fascia, ligamen, tendon ekstensor dari tangan, kaki, siku, dan tendon achilles. Planar xanthomata dapat berbentuk makula kekuningan, papul, maupun plaques.3
Xanthelasma palpebrarum merupakan bentuk tersering dari xanthoma, terminologi "xanthelasma" bersifat deskriptif, diambil dari bahasa yunani xanthos (kekuningan) dan elasma (piringan/datar).2 Tuberous xanthomata berupa nodul kekuningan sampai kemerahan seringkali berlokasi pada permukaan ekstensor dari siku dan lutut. Eruptive xanthomata berupa papul kuning kemerahan multipel yang tiba-tiba muncul pada permukaan ekstensor dari ekstrimitas dan buttocks.3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Xanthelasma merupakan inflamasi xanthomatous dari kelopak mata.1
2.2 Epidemiologi
Xanthelasma merupakan bentuk tersering dari xanthoma.2 Insiden xanthelasma sangat jarang dan lesi ini tidak mempunyai potensial premalignant.4 Xanthelasma cenderung untuk bermanifestasi pada usia 15-73 tahun, dengan puncaknya pada dekade keempat dan kelima. pada penelitian didapatkan xanthelasma predominan pada wanita dengan perbandingan 32% dan 17,4%.1,2,4,7 kondisi ini dapat terlihat pada individu berkulit cerah maupun gelap.2 Riwayat keluarga dengan xanthelasma sebesar 27.5%.7
2.3 Etiologi
Xanthelasma telah dihubungkan dengan keadaan hiperlipoproteinemia. Semua tipe hiperlipoproteinemia termasuk bentuk sekunder telah dihubungkan dengan xanthelasma, tetapi tipe II dan III, berkisar 30%-40% pada pasien dengan xanthelasma.1
2.4 Manifestasi Klinik
2.4.1 Histopatologi
Evaluasi histologis dari lesi memperlihatkan adanya akumulasi lipid-laden macrophages, yang dinamakanhistiocytes, diantara dermis.Potongan jaringan menunjukkan terkumpulnya histiocytes denganmicrovesicular foamy cytoplasm (tanda panah) tersebar disekitar pembuluh darah dan struktur adnexa diantara dermis tanpa adanya limfosit atau sel inflamasi lainnya dalam jumlah yang signifikan. pada pembesaran terlihat sel dengan nukleus berbentuk kacang mangandung foamy cytoplasm yang terlihat berbeda.1
image image
Gambar 1. Histopatologi jaringan xanthoma
2.4.2 Tanda dan Gejala
Xanthelasma secara klinis terlihat sebagai plaque kekuningan berbentuk oval yang berlokasi pada regioperiorbital. seringkali pada canthus medial kelopak mata bagian atas, meskipun dapat juga terlihat pada kelopak mata bagian bawah, dan juga biasanya bersifat bilateral. Inspeksi dan palpasi memperlihatkan tekstur yang lunak, semisolid atau kalsifikasi.1,2
Pasien xanthelasma biasanya datang karena pertimbangan kosmetik, atau dideteksi pada pemeriksaan rutin mata. Lesi ini tidak menyebabkan peradangan maupun nyeri, meskipun lesi ini cenderung untuk membesar namun tidak terdapat kecenderungan malignansi. Pada kasus yang sangat jarang, xanthelasma yang berukuran besar dapat mengganggu fungsi kelopak mata, menyebabkan ptosis atau lagophthalmos.2
image
Gambar 2. Xanthelasma
2.4.3 Patofisiologi
Hepar mensekresi lipoproteins, partikel yang terbuat dari kombinasi cholesterol dan triglycerides. Partikel ini bersifat larut air untuk memfasilitasi transport pada jaringan perifer oleh polar phospholipids dan 12 protein spesifik yang berbeda yang dinamakan apolipoproteins. Apolipoproteins juga berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim plasma dan berinteraksi dengan reseptor permukaan sel. Lipoprotein dibagi menjadi lima komponen, yaitu chylomicrons, very low-density lipoproteins (VLDL), intermediate-density lipoproteins (IDL), low-density lipoproteins (LDL), dan high-density lipoproteins (HDL).5 Dyslipoproteinemia dikategorikan sebagai primer atau sekunder. Kondisi primer ditentukan secara genetik dan dikelompokkan oleh Fredrickson menjadi lima atau enam komponen berdasarkan peningkatan lipoprotein spesifik. Hyperlipoproteinemia sekunder muncul sebagai akibat dari penyakit lain yang dapat memunculkan gejala, perubahan lipoprotein, dan xanthomas yang dapat menyerupai sindrom primer.5
Meskipun telah diteliti mengenai hubungan antara xanthelasma dan hyperlipidemia, hanya sekitar setengah pasien yang memperlihatkan adanya peningkatan lipid serum.2 Pada penelitian oleh Gangopadhyay7didapatkan hanya 52.5% persen pasien xanthelasma yang mempunyai profil lipid abnormal. Bagaimanapun juga, pasien yang berusia muda yang memiliki xanthelasma mempunyai kecenderungan hyperlipidemia danhypercholesterolemia dibandingkan individu lainnya.2
image
Gambar 3. Tuberous xantoma pada siku dan plane xanthoma pada plantar crease.
2.4.4 Klasifikasi
image
2.5 Penatalaksanaan
Xanthelasma merupakan lesi yang bersifat jinak dan pengangkatan lesi biasanya bertujuan untuk kosmetik, dan sangat jarang untuk diagnostik.1,2 Terdapat beberapa modalitas terapi, yaitu: 2
(1) Agen chemocautery, seperti trichloracetic acid; cenderung menghasilkan hasil yang baik dengan resiko scarring yang rendah.1,2 Penggunaan chlorinated acetic acids telah ditemukan efektif untuk pengangkatan xanthelasma. Agen ini mempresipitasi dan mengkoagulasi protein dan melarutkan lemak. Monochloroacetic acid, dichloroacetic acid, dan trichloroacetic acid telah digunakan dengan hasil yang baik. Haygood menggunakan kurang dari 0.01 mL 100% dichloroacetic acid dengan hasil yang baik dan parut minimal.4
(2) Electrodessication;2 dapat menghancurkan xanthelasma superfisial, namun memerlukan terapi berulang.4
(3) Cryotherapy; 2 dapat menyebabkan terjadinya jaringan parut dan hipopigmentasi.4
(4) Ablasi laser CO2 atau argon; Penggunaan tehnik ini memiliki keuntungan dalam hal hemostasis, visualisasi yang lebih baik, tidak memerlukan jahitan, dan minimal waktu operasi.4 komplikasi tersering yaitu scar formation dan perubahan pigmentasi.1,2,4 Pada penelitian oleh Dewan6 et al dengan menggunakan cryosurgery NO, dari 68 kasus yang diamati selama 6 bulan didapatkan kejadian hipopigmentasi sebesar 8,8%.
(5) pembedahan eksisi. cenderung menghasilkan hasil yang baik dengan resiko scarring yang rendah.1,2 untuk lesi linear yang kecil, direkomendasikan penggunaan eksisi, dimana jaringan parut akan menyatu dengan jarngan kelopak mata disekitarnya. Lesi kecil yang bulging dapat di "uncapped" dan diangkat, kemudian dapat digantikan flap dan dijahit. Direkomendasikan juga menggunakan pembedahan mikroskopik dengan menggunakan skalpel ukuran 11 dan dijahit dengan nilon 7-0.4 Pada eksisi full-thickness, kelopak mata bagian bawah memiliki kecenderungan untuk tidak membentuk jaringan parut karena jaringannya lebih tebal. Simple eksisi untuk lesi yang besar memiliki resiko retraksi kelopak mata, ektropion, atau memerlukan prosedur rekonstruktif yang lebih rumit. Pengangkatan xanthelasma biasanya dilakukan juga pembedahan kosmetik, namun blepharoplasty rutin melebihi batas insisi maningkatkan resiko pembentukan ektropion.4
2.6 Prognosis
Rekurensi merupakan hal yang sering terjadi, dimana sekitar 50% pasien mengalami rekurensi setelah dilakukan pembedahan.1
Daftar Pustaka
1. Shields CL et al. Disappearance of eyelid xanthelasma following oral simvastatin (Zocor). Br J Ophthalmol 2005; 89:639-40.(diakses dari http://www.missionforvisionusa.org/anatomy/2006/07/what-is xanthelasma_25.html)
2. Anonim. Handbook of ocular disease management. (diakses dari http://www.revoptom.com/HANDBOOK/March_2004/sec1_5.htm)
3. Freedberg IM et al. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine 6th edition. McGraw-Hill. USA
4. Roy H. 2008. Xanthelasma. (diakses dari http://www.emedicine.com)
5. Habif TP. M.D. Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and Therapy 3 rd Edition. Mosby
6. Dewan SP, Kaur A, Gupta RK. Effectiveness of cryosurgery in xanthelasma palpebrarum. Indian J Dermatol Venereol Leprol 1995;61:4-7
7. Gangopadhyay DN et al. Serum lipid profile in Xanthelasma palpebrarum. indian journal of dermatology 1998; 43(2):53-57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar