Sabtu, 12 Maret 2011

Hanya Menginginkan Hari ini



Jum'at, 11 Maret  2011
Yang paling mudah kita dapatkan adalah “hari ini”. Sama seperti kita mendapatkan udara dan sinar matahari. Karenanya tidak banyak orang yang memperhatikan hal ini. Acapkali mereka lebih rela merendam diri pada kenangan di hari kemarin dan terhanyut pada dambaan di hari esok, serta mengabaikan keberadaan “hari ini”.
“Hari ini” juga mudah sekali hilang, dia seperti masa belia dan kecantikan, manusia bisa benar-benar memahami nilainya ketika dia telah pelan-pelan sirna.
Dari banyak buku cerita, banyak diangkat kisah-kisah keadaan pada umumnya, setelah mengalami siksaan berulang kali, Anda akan bisa tersadarkan dan memahami akan manis dan getir serta kesulitan dan kesengsaraan. Memahami bagaimana menyayangi dan mengenang dengan kerinduan. Karena percintaan yang hilang bisa dikejar kembali, usaha yang terlantar bisa dibangun kembali, jiwa yang terluka hebat juga bisa disembuhkan, satu-satunya hanya waktu yang tidak bisa kembali. Yang telah berlalu akan selamanya berlalu, hari ini akan menjadi hari esok dari hari kemarin. Dibandingkan dengan hari kemarin dan hari esok, sebenarnya yang benar-benar penting adalah hari ini.
Kegemilangan hari kemarin tidak bisa membuktikan nilai dari hari ini, kecemerlangan di hari esok juga tidak bisa meringankan penderitaan pada hari ini. Bagi manusia yang selalu terendam dalam bayangan di masa lalu, masa depan pasti bukan milik mereka, dan bagi orang yang menaruh segala harapan dan kebahagiaannya pada hari esok, hari esok akan selamanya hanya menjadi hari esok.
Kita harus selalu berpegang pada hari ini, mencurahkan segenap semangat dan jerih payah kita pada masa sekarang. Tidak peduli saat mentari sedang bersinar terik atau hari mendung, dan hujan rintik-rintik, turun salju atau angin ribut. Bila itu waktu bersantai, maka nikmatilah sepuas hati. Bila harus membanting tulang, maka perjuangkanlah dengan gigih. Bila harus berkorban, maka berkorbanlah dengan tanpa rasa takut. Dengan demikian baru bisa melewati hari ini dengan tanpa sesal, juga tak ada penyesalan pada esok hari.
Jika hari ini dilewatkan dengan sia-sia, maka Anda akan kehilangan hari ini. Yang harus selalu Anda ingat, hari ini adalah hari esok dari hari kemarin saat kita melakukan segala hal.
Ada pepatah yang mengatakan, “Hari kemarin bagaikan selembar cek yang sudah dibatalkan, hari esok bagaikan selembar cek yang belum jatuh tempo, hari ini merupakan uang tunai yang sedang berada dalam genggaman tangan Anda.” Oleh karena itu kita harus jelas hari ini merupakan satu-satunya waktu yang bisa kita pergunakan, serta kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Yang lalu sudah berlalu, jangan dihiraukan lagi, yang akan datang masih belum tiba, juga jangan terlalu dihiraukan. Yang terpenting adalah waktu sekarang ini, dia terus berlalu detik demi detik. Asalkan Anda bisa memegang erat pada masa sekarang, seluruh waktu pada hari ini bisa Anda manfaatkan dengan maksimal, sedikit pun tidak ada waktu yang Anda hamburkan.
Jalan yang terbentuk “masa sekarang”, merupakan jalan menuju kesuksesan yang harus Anda lalui.
Seumur hidup seseorang sudah ditakdirkan harus menjumpai berbagai liku-liku. Bila menjumpai tekanan janganlah takut lalu mundur, bila mengalami kegagalan jangan putus asa. Kendalikan perasaan diri sendiri, gunakanlah kesadaran diri yang optimis dan bersemangat, untuk mencapai taraf sempurna dari kehidupan. Mempersatukan nalar dan tindakan kita dengan berani menghadapi kenyataan dan tekanan yang ada, tidak menghindar, menggunakan segala syarat yang bisa kita manfaatkan untuk mengubah tekanan menjadi daya gerak yang bisa kita pergunakan. Jika bisa demikian maka Anda sudah bisa menggengam keberhasilan dan kebahagiaan dalam tangan Anda.
Sangat penting jika kita memiliki cita-cita yang besar dan luhur. Mempunyai cita-cita yang besar dan luhur baru bisa menciptakan prestasi yang agung. Melampaui adalah mewujudkan cita-cita! Berada dalam perwujudan cita-cita untuk melangkah selangkah lebih maju, menuju ke jalan kebahagiaan dalam kehidupan ini!
Hati seseorang sering kali berada dalam pertentangan yang tidak pernah berhenti. Untuk benda apapun yang sudah dimiliki dia selalu merasakan biasa, walaupun orang lain sangat mengaguminya. Sebaliknya hal yang tidak dia miliki acapkali merasakan sangat penting, dan pada waktu kehilangan apa yang pernah dimiliki, barulah sadar akan berharganya materi itu. (The Epoch Times/lin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar